
Potensi Ekonomi di Desa Keli dalam Rupa Pariwisata
Oleh: Aksa Ahmad
Desa Keli merupakan satu dari 15 desa yang berada di Kecamatan Woha, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Secara geografis, Desa Keli bisa dibilang sebagai desa terpencil atau yang sering orang bilang “negeri di ujung aspal” lantaran menjadi desa terakhir di Kecamatan Woha di jalan lintas Tente-Naru. Mata pencaharian masyarakat setempat adalah mayoritas bertani dengan bawang merah sebagai komoditasnya.
Namun, sejauh ini, tak banyak orang mengetahui bahwa desa yang harus ditempuh dengan jarak 7,1 kilometer dari pusat kecamatan itu menyimpan spot-spot pariwisata yang patut dikunjungi. Sebab spot-spot berikut ini menjadi tempat berwisata masyarakat desa setempat sejak berpuluhan tahun lalu (bahasa masyarakat setempat: lao ngaha caru kai).
- Diwu Jao
Pada umumnya, spot wisata di Desa Keli adalah wisata sungai yang teduh dengan banyak pepohonan yang masih rindang dan terawat. Sungainya cukup panjang hingga mengairi ke desa seberang, Desa Risa. Diwu Jao adalah semacam kolam alami yang terbentuk di tengah sungai. Sensasi mandi pada ‘kolam’ ini bisa membikin menggigil dalam seketika. Sebab airnya sangat dingin. Sesuai namanya pula, Diwu Jao, airnya berwarna hijau (bisa diartikan juga sebagai kolam hijau).
- Wadu Sambea
Masih pada aliran sungai yang sama, spot ini juga menjadi salah satu buah bibir warga sekitar. Wadu Sambea artinya Batu Salat. Ada yang bilang batu itu menyerupai orang yang sedang salat (bersujud). Tapi ada juga yang bilang bahwa batu itu datar dan dijadikan tempat salat warga yang melintas sehabis mencari kayu atau madu di hutan. Kebetulan penulis belum pernah ke sana. Jadi belum tahu pasti wujud nyata tempatnya. Karena jaraknya memang lebih jauh dari Diwu Jao. Tapi intinya nama spot itu masih sesuai dengan namanya.
- Oi Mila
Spot wisata yang satu ini yang paling dekat di antara spot wisata lainnya yang berada di Desa Keli. Oi Mila (Air Rotan) adalah spot wisata air terjun dan pemandian yang berada di sisi barat desa. Namun, untuk mendapatkan view dan momen dari spot yang satu ini perlu menunggu di saat musim hujan. Karena pada saat musim kemarau airnya kering. Sekarang, untuk menempuh ke sana sudah bisa menggunakan motor karena sudah dibukanya akses jalan menuju persawahan.
- Gua Titaki
Percaya tidak kalau 17 kilometer dari Desa Keli terdapat sebuah gua yang dinamakan Gua Titaki. Gua tersebut merupakan bekas tempat tinggal masyarakat yang entah mengungsi entah bagaimana pada masanya. Sebab di ruangan utama dari gua itu masih terdapat sebuah meja makan yang dikelilingi kursi. Perkakas rumah tangga juga ditemukan di sana. Sudah begitu, di salah satu biliknya bisa memandang lepas teluk Bima di perkotaan. Tentu saja menuju tempat tersebut tidak bisa sembarangan. Rute-nya jauh di tengah hutan. Agar aman diperlukan guide, yakni penduduk yang sudah terbiasa ke sana. Karena risiko terbesarnya adalah bisa membikin nyasar.
- Lain-lain
Selain spot wisata yang sudah dikenal dan dituturkan secara turun temurun oleh masyarakat setempat, dengan sumber daya alam yang ada, bukan tidak mungkin Desa Keli bisa banyak mencetuskan spot wisata. Mayoritas masyarakatnya bertani. Di Kabupaten Bima sudah banyak desa pendongrak ekonomi lewat agrowisata. Desa Keli pun sebetulnya bisa disulap menjadi desa agrowisata.
Desa Keli juga dikelilingi oleh pegunungan. Wisata pegunungan yang dipadukan dengan ide-ide kreatif sangat masuk akal bisa menghasilkan output yang baik. Ya, sayangnya, selama ini spot-spot wisata yang dijabarkan di atas hanyalah menjadi isapan jempol belaka. Sama sekali belum tersentuh oleh akses apa-apa dan siapa-siapa. Dan karena aksesnya yang jauh dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki, kaum milineal desa setempat pun mulai sedikit enggan ke sana. Padahal dulu, punya kesempatan ngaha caru ke sana benar-benar mengasyikkan. Sepanjang jalannya teduh. Jangan ditanya kalau sekadar spot untuk foto-foto. Sangat instgramable banget. Nah, apalagi jika disentuh dan disulap dengan serius, ya?
Semoga suatu saat ada mata yang meliriknya.